Minggu, 21 November 2010

Pengetahuan Tentang Tuhan.



Dapat kiranya manusia di dunia ini dengan langsung mengenal Tuhan, karena manusia (dengan budinya juga) merupakan partisipasi Tuhan? Walaupun partisipasi ini sungguh-sungguh ada, manusia tidak dapat dengan langsung mengenal Tuhan. Tuhan tidak dengan langsung disentuh dengan indra, padahal pengertian hanya tercapai manusia di dunia ini dengan malalui indra lebih dahulu. Manusia hanya dapat mengenal tuhan setelah ia menjalankan pikirannya dengan mempergunakan indranya lebih dulu.

Jadi dalam pengenalan akan Tuhan dimulai dengan indra. Kesimpulan yang tercapai setelah ada jalan pikiran, yang mempergunakan pengetahuan indranya merupakan putusan: ada Tuhan.



Jalan yang pertama melalui gerak atau perubahan di dunia ini segala sesuatunya di dunia ini tak adalah yang tetap, ia berubah, bergerak. Gerak atau perubahan ini tak mungkin sendirinya. Jika sekiranya gerak atau perubahan itu dari sendirinya, maka hal-hal yang ada didunia ini sempurnalah. Sebab : jika ia mengadakan (menggerakkan) diri sendiri, tentulah ia tak kekurangan suatu apa. Tetapi ternyatalah, bahwa di dunia ini segala sesuatunya penuh dengan ketidak sempurnaan.

Jadi teranglah, bahwa segala-galanya di gerakkan. Untuk menerima, bahwa tiap-tiap gerak itu asalnya dari gerak yang mendahului, tak mungkin merupakan keterangan gerak yang sebenarnya, hanya mengundurkan keterangan saja atau boleh dikatakan tidak memberi keterangan tentang gerak pada umumnya. Maka dari itu gerak itu menuntut penggerak pertama, yang sendirinya tidak digerakkan, yang tetap dan abadi, dari sempurna dan ini disebut Tuhan.

Jalan kedua melalui kesebaban. Segala sesuatunya yang kita kenal dengan indera itu adanya selalu disebabkan. Seperti diatas kita juga tidak mungkin menerangkan kesebaban ini dengan menunjuk sebab yang mendahuluinya, sebab ini hanya berarti lari dari keterangan. Maka dari itu haruslah ada sebab pertama, yang tidak disebabkan tetapi menjadi sebab segala-galanya dan ini disebut Tuhan.

Jalan ketiga menunjuk ketidak-niscayaan dunia. Segala sesuatunya didunia ini adanya tidak niscaya; tidak semuanya itu ada dengan keharusan. Hal-hal itu pernah tak ada dan akan tak ada juga, jadi ada di dunia ini selalu mengandung ketiadaan, tak mutlaklah ia. Adapun sebabnya hal-hal itu tidak mutlak, karena ada-nya itu ada-berian, itu bukannya ada-nya sendiri. Jika ada itu ada-nya sendiri ada dari dirinya (bukan dari yang lain), tentulah ia mutlak. Maka dari itu haruslah ada yang mutlak, pangkal dan asal dari segala yang ada, yang mempunyai ada-berian itu. Ada mutlak ini ialah Tuhan.

Jalan keempat agak sulit, tetapi merupakan jalan sesungguhnya yang membawa orang kepada kesimpulan yang sama seperti jalan ketiga diatas; di dunia ini ada kesempurnaan yang bertingkat-tingkat. Terdapatlah hal-hal yang ada begitu saja, terdapat pula yang adanya itu hidup, terdapat juga kecuali ada hidup berasa, dan disamping itu ada hidup berasa dan berbudi. Dalam kesempurnaan-kesempurnaan itu semua terbatas. Maka haruslah ada terdapat ada yang mengandung seluruh kesempurnaan, yang maha sempurna ; dan ini Tuhanlah.

Jalan kelima ialah jalan yang amat jelas bagi orang kebanyakan. Segala sesuatu di dunia ini amat teratur dan terarahkan kepada tujuannya masing-masing dengan hemat dan cermat. Makin kurang budi terdapat padanya, makin nampak teraturnya itu serta makin jitu pengejarannya pada tujuannya. Maka haruslah diterima pengatur yang sendirinya berbudi yang sempurna dengan kekuasaan yang tak berhingga: ini disebut Tuhan.




(sumber: Pembimbing Kearah Alam Filsafat, Prof I.R. POEJAWIJATNA)




Lanjut Baca >>

Minggu, 14 November 2010

Saya pribadi yang Sederhana.



Judul tulisan kali ini bukan hanya untuk penggambaran diri saya sebagai penulis, tetapi juga sebagai penggambaran saya bagi setiap pembaca yang berkenan membaca tulisan ini. Sebagai cermin untuk diri sendiri, yang berguna sebagai renungan dan introspeksi diri untuk meningkatkan diri sendiri.

Sering saya merasa diri saya adalah orang yang menyenangkan dan berguna untuk orang lain, terkadang juga saya merasa sebagai orang yang paling beruntung. Beruntung hidup sebagai saya. Yang hidup berkecukupan kadang sekali waktu kekurangan.

Saya sebagai tempat berkeluh kesah dan tempat mengadu, tapi tidak luput pula bahwa saya sebagai orang yang butuh pertolongan. Saya yang ingin merubah segala hal yang kurang pada diri saya, yang ingin secara sadar berguna untuk orang lain walaupun perjalanan hidup ini susah untuk dilalui, karena selalu berhubungan dengan kepercayaan yang diberikan dari orang lain dan untuk yang lain.

Saya sebagai sosok yang beriman yang senantiasa ingin selalu dekat dengan Tuhan saya, walaupun kadang saya menjadi seorang yang tidak baik dimata mereka dan yang membenci saya. Saya yang tidak luput dari dosa dan ingin untuk memperbaiki kesalahan. Saya yang ingin berubah dari hari ke hari, entah menjadi baik atau buruk.

Semua yang saya lalui melewati koridor kehidupan yang diberikan Yang Maha Kuasa kepada saya serta yang lainnya, bahwasanya kehidupan yang saya lalui berkaitan dengan segala macam unsur alam dan alam itu sendiri.

Saya tidak ingin menyalahkan mereka, semua ada pada diri saya. Diri saya sebagai kapten dalam kehidupan ini dan hati saya sebagai jenderalnya.

Dan pada akhir hidup saya , saya hanya ingin dipandang sebagai pribadi yang sederhana.



Astungkara.
Lanjut Baca >>

Rabu, 03 November 2010

Hargailah Alammu





Tak terasa kita sudah berada di bulan November, di penghujung tahun 2010. hehehe… Tahun Baru lagi dech. Dan angka tahun 2012 semakin dekat. Ha..! Cuma guyonan kok, tapi ngga ada salahnya kita juga mulai berhati-hati karena beberapa bulan ini juga terjadi berbagai macam bencana yang membuat Mr President kita kantung matanya semakin bengkak. Hahahaha…

Postingan saya kali ini ngga jauh-jauh juga dari alam. Hanya bersahabat dengan alam kita bisa terhindar dari amukan alam, dan bencana alam yang lain.

Hubungan Manusia dengan Alam.
Alam itu sendiri dalam bahasa universal sebenarnya terdiri dari berbagai macam unsur, dan dihuni oleh berbagai macam makhluk hidup. Baik secara kasat mata dan tidak. Dengan berbagai macam keanehannya. Alam ini dalam bahasa nyatanya adalah bumi sebagai tempat berpijaknya segala macam makhluk Tuhan. Kita para manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dan cerdas, hanya saja kita tanpa sadar telah berbuat semena-mena terhadap tempat kita berpijak.

Alam sebagai macrocosmos sangat berkaitan dengan Manusia sebagai microcosmosnya, apa yang ada di alam ini juga ada pada manusia. Alam mempunyai 4 unsur besar yaitu udara, tanah, air dan api. Manusia juga memilikinya, nafas (udara), badan kasar (tanah), darah, keringat dan air seni (air) serta suhu tubuh (api). Alam dengan berbagai macam auranya baik itu positif dan negatif, manusia juga memiliki aura tubuh positif dan negatif sebagai daya tariknya. Alam juga mempunyai berbagai macam keanehan seperti misteri 13 gunung berwajah manusia di seluruh dunia, batu-batu raksasa melengkung, dan 15 danau berwarna-warni pelangi diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Manusiapun juga memilikinya seperti garis tangan yang menyatu yang disebut rojo keleng, lidah yang bertompel hitam (dalam istilah bali Blangbungkem).

Dengan kenyataan seperti itu sudah seharusnyalah alam ini dijaga dan dihargai, seperti kita menghargai diri kita sendiri, baik pada alam baik pula pada manusia. Rusak pada alam maka otomatis manusia juga rusak. Banyak dari mereka tidak sadar diri, tidak mau tahu dan merusak alam sebagai tempat mereka berpijak dan hidup.

Bila semua itu diabaikan bukan tidak mungkin film fenomenal 2012 akan segera rilis di bumi ini secara nyata.




Astungkara.
Lanjut Baca >>