Selasa, 31 Agustus 2010

Melukat (Pembersihan Diri)


Sering kita dengar dalam masyarakat Bali kata-kata melukat. Melukat adalah salah satu kegiatan ritual yang bertujuan untuk membersihkan diri dan pikiran dari hal-hal negatif serta menyeimbangkan aura yang ada pada kita. Melukat biasanya dilaksanakan pada hari-hari baik seperti purnama, tilem dan kajeng kliwon atau hari baik menurut hitungan tri wara dan panca wara.

Melukat biasanya dilaksanakan oleh peranda (pendeta), pemangku, dan orang-orang yang mempunyai tingkat spiritual tertentu seperti orang yang nyungsung sesuhunan. Atau pada tempat suci yang mempunyai areal khusus untuk penyucian.

Tempat untuk melukat
Adapun tempat-tempat suci yang biasa untuk kegiatan melukat adalah tempat-tempat suci yang diyakini mempunyai kekuatan alam yang besar dan mempunyai vibrasi magis. Tempat-tempat itu antara lain:
Sumber (klebutan) : tempat melukat jenis ini biasanya terdapat pada pegunungan atau pada pedalaman, melukat dengan air sumber bertujuan juga untuk menambah aura positif. Salah satunya contohnya adalah di Pura Tirtha Empul di Tampak Siring, pesucian Pura Dalem Pingit lan Kusti di Sebatu, Gianyar. Dan masih banyak lagi.
Campuhan (pertemuan aliran sungai dan laut) : tempat melukat ini biasanya di daerah pinggiran tersebar di semua wilayah pulau bali. Salah satu contohnya adalah di Pura Dalem Pangembak, Pura Beji Dalem Sakenan. Dan masih banyak lagi.
Laut : tempat melukat ini adalah di laut, melukat dilaut bertujuan untuk melebur aura-aura negatif yang ada pada tubuh kita. Laut yang biasa untuk tempat melukat adalah di pantai sanur, pantai merthasari dan pantai peti tenget.

Selain tempat melukat dari alam itu sendiri, kita juga bisa melukat melalui peranda dan pemangku, dan orang-orang dengan tingkat spiritual tertentu. Proses melukat dengan orang-orang biasanya memakai sarana bungkak kelapa gading serta bunga. Dengan bantuan kekuatan doa dari mereka proses melukat bisa dilaksanakan sesuai aturan dan prosedur yang berlaku di masyarakat.

Sangatlah dianjurkan untuk melaksanakan pelukatan secara rutin, karena akan sangat bermanfaat untuk kesehatan dan pikiran kita. Secara rutin aura negatif yang ada pada diri kita dapat dihilangkan dan diseimbangkan. Sehingga membawa peningkatan kualitas kehidupan untuk kita sendiri dan keluarga.


Astungkara.
Lanjut Baca >>

Kamis, 26 Agustus 2010

Hipnotis


Maraknya kejahatan yang terjadi belakangan ini, seperti perampokan dan penipuan membuat kita harus selalu waspada. Yang menghebohkan yang baru-baru ini terjadi adalah penipuan dengan hipnotis.
Untuk lebih jelasnya mari kita kupas sebenarnya apa itu hipnotis.

Pada masa-masa tahun 1700-an dikenal suatu kemampuan olah pikiran yang masih tradisional yang disebut Mesmerism. Namun berkembang lagi pada sekitar tahun 1820-an, dan pada masa itu diperkenalkan oleh James Braid seorang dokter kenamaan yang berasal dari inggris dengan sebutan Hipnotis. Hipnotis diambil dari nama dewa tidur yunani yang bernama “Hypnos”. Kondisi ini berbeda dengan tidur, hipnotis adalah kondisi yang sangat santai dan sangat rileks, dan dalam keadaan beristirahat namun masih bisa menerima informasi dari sekelilingnya.

Beberapa pakar menyebutkan definisi tentang hipnotis adalah antara lain
• Suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat sugestibilitas (daya terima) meningkat sangat tinggi.
• Pengubahan gelombang menjadi Alpha dan Theta dari Beta dengan menggunakan trik-trik khusus atau dengan tata cara pengolahan komunikasi terhadap orang lain.
• Seni komunikasi untuk meng-eksplorasi alam bawah sadar.
• Kemampuan seseorang memasuki dan mengenal alam bawah sadar yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. (J.Bagus).
• Penembusan factor kritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran baru atau sugesti. (U.S. Departement of Education, Human Services Division).
Hipnotis adalah fenomena alami dan normal, karena dalam sehari kita akan mengalami pada saat akan tidur sebelum terlelap dan pada saat baru terbangun namun kondisi masih bermalas-malasan, istilah yang lebih sering kita dengar dalam pergaulan adalah belum loading dan rohnya masih setengah.

Hipnotis adalah fenomena alami. Setiap manusia normal punya kemampuan untuk mengalami hipnotis. Anda dapat menolak hipnotis dengan cara mengabaikan semua yang dikatakan hypnotist atau mengabaikan perintah yang masuk ke dalam alam bawah sadar anda. Seperti halnya menolak terharu atau sedih dari sebuah cerita atau menolak senangnya sehingga cerita tersebut menjadi hambar dan datar dengan cara memikirkan hal lain pada saat membacanya atau menontonnya.

Orang banyak yang tidak paham dengan hipnotis sehingga merasa takut dan khawatir. Maka dari itu sebaiknya perlu diketahui apa itu hipnotis lalu kemudian dipahami dan dimengerti dan tanamkan dalam bawah sadar bahwa kita manusia yang kuat dan beriman. Hipnotis diri kita sendiri sebelum dihipnotis oleh orang lain.

Jenis hipnotis dan manfaatnya.
• Hypnotherapy ini adalah aplikasi hipnotis dalam menyembuhkan gangguan mental dan meringankan gangguan fisik yang lain.
• Medical and dental hypnosis penggunaan hipnotis untuk dunia medis, terutama oleh dokter ahli bedah dan dokter gigi dalam menciptakan efek anesthesia tanpa menggunakan obat bius.
• Comedy hypnosis penggunaan hipnotis ini adalah untuk hiburan semata, dan jangan takut dengan hipnotis ini karena ini dilakukan didepan orang banyak.
• Forensic hypnosis ini digunakan dalam kepolisian untuk mencari dan menggali informasi dari saksi dan korban serta menutup trauma mendalam pada si korban agar tidak terjadi lagi ketakutan dan rasa was-was.
• Metaphysical hypnosis ini adalah aplikasi hipnotis yang dipakai untuk meneliti berbagai fenomena metafisik seperti out of body travel, inner-self communication, meditation, dan mengakses kekuatan supernatural serta fenomena metafisik yang lain.
Pada intinya hipnotis adalah cara mengolah pikiran kita dan untuk diri kita sendiri, dan kita memang memiliki semua itu, hanya apakah kita sadar dengan semua potensi dalam diri kita? Kita sendiri yang bisa mencari jawabannya, bukan kamu atau mereka.
Semoga info ini bermanfaat.

Astungkara.
Lanjut Baca >>

Selasa, 17 Agustus 2010

Awatara (Avatar)


Awatara atau Avatar dalam agama Hindu adalah inkarnasi dari Tuhan Yang Maha Esa maupun manifestasinya. Tuhan Yang Maha Esa ataupun manifestasinya turun ke dunia, mengambil suatu bentuk dalam dunia material, guna menyelamatkan dunia dari kehancuran dan kejahatan, menegakkan dharma dan menyelamatkan orang-orang yang melaksanakan Dharma/Kebenaran.
Dalam Bhagawadgita (4.7-8), salah satu kitab suci agama Hindu selain Weda, Kresna sebagai perantara Tuhan Yang Maha Esa bersabda:
• Yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata abhyutthānam adharmasya tadātmanam srjāmy aham paritrānāya sādhūnām vināśāya ca duskrtām dharma samsthāpanarthāya sambavāmi yuge yuge
Artinya
Manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela,
pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia,
wahai keturunan Bharata (Arjuna).
Untuk menyelamatkan orang-orang saleh
dan membinasakan orang jahat
dan menegakkan kembali kebenaran,
Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman.

Agama Hindu mengenal adanya Dasa Awatara yang sangat terkenal di antara Awatara-Awatara lainnya. Dasa Awatara adalah sepuluh Awatara yang diyakini sebagai penjelmaan material Dewa Wisnu dalam misi menyelamatkan dunia. Dari sepuluh Awatara, sembilan diantaranya diyakini sudah pernah menyelamatkan dunia, sedangkan satu di antaranya, Awatara terakhir (Kalki Awatara), masih menunggu waktu yang tepat (konon pada akhir Kali Yuga) untuk turun ke dunia. Kisah-kisah Awatara tersebut terangkum dalam sebuah kitab yang disebut Purana.

Beberapa orang meyakini bahwa filsafat Dasa Awatara menunjukkan perkembangan kehidupan dan peradaban manusia di muka bumi. Setiap Awatara merupakan lambang dari setiap perkembangan zaman yang terjadi. Matsya Awatara merupakan lambang bahwa kehidupan pertama terjadi di air. Kurma Awatara menunjukkan perkembangan selanjutnya, yakni munculnya hewan amphibi. Waraha Awatara melambangkan kehidupan selanjutnya terjadi di darat. Narasimha Awatara melambangkan dimulainya evolusi mamalia. Wamana Awatara melambangkan perkembangan makhluk yang disebut manusia namun belum sempurna. Parashurama Awatara, pertapa bersenjata kapak, melambangkan perkembangan manusia di tingkat yang sempurna. Rama Awatara melambangkan peradaban manusia untuk memulai pemerintahan. Krishna Awatara, yang mahir dalam enam puluh empat bidang pengetahuan dan kesenian melambangkan kecakapan manusia di bidang kebudayaan dan memajukan peradaban. Balaram Awatara, kakak Kresna yang bersenjata alat pembajak sawah, melambangkan peradaban dalam bidang pertanian. Buddha Awatara, yang mendapatkan pencerahan, melambangkan kemajuan sosial manusia.

Pada jaman atau abad milenium seperti pada saat ini, konsep seperti avatar juga telah ditampilkan dalam dunia hiburan dan difilmkan seperti film Avatar karya James Cameron dan film Avatar: The Last Airbender.
Lanjut Baca >>

Rabu, 11 Agustus 2010

Penjelmaan (Tumimbal lahir)


Sesungguhnya prana( nafas) itu bergandengan dengan badan jasmani. Badan jasmanilah tempatnya prana, dan pranalah yang menyebabkan adanya badan jasmani. Maka kalau prana itu lenyap, badan jasmanipun lenyaplah. Singkatnya, yang dua itu lahirnya bergandengan dan lenyappun bergandengan.

Perbuatan baik dan buruk itu dilakukan karena adanya badan jasmani. Dan badan jasmanilah merupakan alat untuk mengecap pahala perbuatan baik atau buruk itu kemudian. Pokoknya ialah bahwa badan jasmani adalah tali samsara (tumimbal lahir) guna dapat mengecap suka dan duka kehidupan. Oleh karena itu usahakan agar tidak menjelma lagi di kemudian hari.

Dengan adanya kenyataan bahwa penjelmaan (tumimbal lahir) dikuasai oleh waktu dan merupakan penderitaan maka janganlah gegabah. Sucikanlah hati, bersihkan jiwa dan berusahalah kearah jalan moksa.
Dikatakan ada dua macam jalan yaitu Pitrayana dan Dewayana. Bagi mereka yang menjalankan Grehasta (hidup berkeluarga), yang dengan tekun melaksanakan pujaan-pujaan panca yadnya dll-nya, disebut pitrayanalah yang ditempuhnya. Sedangkan orang yang nistresna (tanpa ikatan nafsu), yang rela meninggalkan segala-galanya dalam hidup (jiwa pikirannya mengarah hanya pada TYME) disebut Dewayanalah jalan yang ditempuhnya.

Yang menempuh pitrayana dengan jalan yadnya (korban suci), tapa, susila (yama dan niyama brata) dan lain sebagainya, dengan disiplin kependetaan, ia akan menuju kealam surga. Akan tetapi ia akan menjelma kembali. Oleh karena itulah jalan moksalah diusahakan benar-benar, dan dicita-citakan oleh orang yang bijaksana, sebab akan tidak akan menjelma kembali tidak tua dan tidak mengenal mati.

Begitulah kedukaan yang dialami setelah merasakan alam surga, ketika sudah habisnya pahala dari perbuatan yaitu karmaphala yang menyebabkan mencapai surga. Demikian semerbaknya bau bunga kehidupan di alam surga. Tetapi jika disana melakukan hal-hal tidak menyenangkan maka kalau sudah jatuh dari surga alangkah hebatnya kenestapaan yang akan diderita. Demikianlah keperihan rasa duka yang diderita dari sejak berakhirnya kenikmatan hidup di surgaloka sampai pada saatnya mencapai Brahmaloka (alam Tuhan).

Itulah kedukaan dalam penjelmaan kembali dan kesedihan yang dirasakan oleh ia yang pernah mengecap kenikmatan surga itu. Sungguh sangat menakutkan. Oleh karena itulah kami tidak ingin menikmati surga (karena hakikatnya kenikmatan itu tidak kekal adanya).

Jika sudah demikian besar kedukaan yang di derita setelah mengalami alam surga, betapakah ngerinya rasa penderitaan di alam neraka. Tentu tidak terperikan keadaan duka nestapa itu. Beraneka ragam siksaan dari Yamabala disitu. Kalau kemudian dari alam demikian terjadi penjelmaan kembali maka penjelmaan itu adalah dalam bentuk mahluk rendah, binatang buas, binatang ternak, binatang melata dan lain sebagainya. Sungguh amat sengsara adanya, sebab ia menjadi mangsa mahluk sesamanya . demikian keperihan hidup dalam kesengsaraan. Sedangkan setelah berada dalam alam pitra (pitraloka) akan menderita lapar dan dahaga, suatu penderitaan yang luar biasa. Kalau menjelma di alam manusia suka dan duka itu datang silih berganti adanya. Karena penjelmaan manusia itu membawa kesusahan, pertama-tama sekali dipagi hari akan menderita karena desakan berhajad besar dan kecil, disiang hari pada waktu sang surya sedang tinggi menderita lapar dan dahaga, setelah makan merasa kenyang, menderita karena desakan nafsu syahwat. Dimalam hari pada waktu matahari telah terbenam, menderita pula karena desakan mata yang mengantuk.

Demikianlah keadaan dari tumimbal lahir itu. Karenanya tingkatkanlah kehidupan dirimu oleh dirimu sendiri. Jangan sekali-kali berbuat yang akan menyengsarakan dirimu, karena hanya dirimu sendirilah teman dirimu, dan dirimu sendiri pula yang menjadi musuh dirimu. Singkatnya kalo kalau dirimu kasih sayang pada dirimu sendiri berarti sudah berkemas-kemas kealam moksa. Kasih sayang yang demikian itu adalah sahabat bagi dirimu. Jika dirimu tidak kasih sayang terhadap dirimu sendiri sehingga tidak memikirkan usaha kebesaran jiwa maka hal itu merupakan musuh dirimu sendiri.

Pikiranlah yang menyebabkan adanya tumimbal lahir (penjelmaan). Kalau diliputi hawa nafsu, ke alam papalah dibawanya. Tetapi kalau pikiran itu suci, tidak ragu-ragu melenyapkan nafsu serta segala macam dosa, alam moksa (kebahagiaan abadi) lah akhirnya dicapai dengan menyeberangi lautan samsara, samudra tumimbal lahir.
Lanjut Baca >>

Kamis, 05 Agustus 2010

Emosi pada saat Rainan (hari baik)


Mengapa tiap datangnya rainan (hari baik) baik pas rainan ato sehari sebelum rainan orang-orang selalu mengalami peningkatan emosi atau kata orang dalam bahasa gaulnya sensi? Hehehehe…

Rerahinan ato rainan (hari baik) yang umum yang telah diketahui dengan perhitungan yang simple seperti purnama, tilem (bulan mati) dan kajeng kliwon selalu membawa pengaruh yang besar bagi alam ini. Purnama dan tilem yang hitungannya 30 hari dan kajeng kliwon yang hitungannya tiap 15 hari ini merupakan hari baik yang umum dipergunakan oleh masyarakat Bali untuk melakukan pelukatan atau mandi ruwat, untuk melakukan persembahyangan dan pedoman beberapa pura di bali dalam melaksanakan piodalan (dalam bahasa gaulnya ulang tahun pura). Namun perlu juga diketahui bahwa hari baik itu juga ada efek buruknya kalau kita sebagai manusia tidak memahaminya.

Hari-hari seperti purnama biasanya air laut akan pasang, tilem akan dirasakan malam itu sunyi senyap dan kajeng kliwon hadir dengan aura magisnya dan sedikit membuat bulu roma kita terpancing untuk berdiri. Sehari sebelum itu juga dirasakan hal yang sama namun lebih bersifat ke emosi dan kendali diri. Pun begitu di setiap hari H pas rainan itu sendiri. Contoh yang paling sering terjadi adalah pada saat akan melakukan persembahyangan, mulai dari sarana dan prasarananya serta kesiapannya. Orang-orang yang akan melakukan persembahyangan kadang digoda dengan rasa kantuk, rasa malas dan sebagainya yang menyebabkan peningkatan emosi. Mereka jadi suka telat, terjadi percekcokan kecil hingga mengakibatkan batalnya persembahyangan itu.

Semua itu terjadi karena efek perubahan aura yang terjadi di alam ini yang disebabkan karena peredaran bulan terhadap bumi dan matahari. Segala macam aura, baik dan buruk akan bangkit karena pengaruh tersebut. Dalam konsep yang berbeda bumi atau alam ini disama kan terhadap tubuh kita. Apa yang ada dibumi atau alam ini, ditubuh kita juga memilikinya. Alam terjadi perubahan otomatis tubuh kita juga bereaksi.

Bila alam mempunyai peredam berbagai aura yang tidak baik, tubuh kita juga mempunyai peredam tersebut, itulah yang dinamakan hati. Dan ini yang seharusnya dipahami oleh tiap orang. Jangan sampai aura alam yang tidak baik kita serap hingga membuat tubuh kita mengalami peningkatan aura yang negatif, kalau hal itu sampai terjadi maka emosilah kita, badan pun akan terasa tidak nyaman, pikiran pun kacau.

Agar bisa mempergunakan hati kita sebagai peredam aura tersebut diharapkan kita selalu melakukan pengendalian diri agar tidak terpengaruh terhadap emosi yang kita miliki. Ada ujar-ujar yang tepat untuk menggambarkan pengendalian ini “Jangan hati mempengaruhi pikiran, Jangan pikiran mengacaukan hati”.

Dengan demikian apapun yang terjadi di alam ini terutama pada saat hari-hari baik, kita benar-benar bisa mengambil sisi positif dari hari baik tersebut. Apa yang kita harapkan bersama akan menjadi suatu kenyataan untuk menjadikan kita lebih baik.

Astungkara.
Lanjut Baca >>

Rabu, 04 Agustus 2010

Kekuasaan Maut


Janganlah berfoya-foya membuang-buang waktu, apa yang rencananya dikerjakan besok, kerjakanlah sekarang juga. Apa yang rencananya dikerjakan sore nanti, pagi inilah dikerjakan, karena sesungguhnya sang maut tidak menunggu, tidak peduli apa yang sudah ataukah belum selesai suatu pekerjaan itu. Kalau ada orang yang sudah akrab dengan sang maut atau bias luput dari ketuaan dan kematian, hanya dialah yang berhak memastikan apa yang terjadi sekarang dan kelak kemudian hari.

Memang benar sang waktu tidak dapat dikirakan batas akhirnya, beratus-ratus tahun dan tidak terbatas, sedangkan kesempatan untuk berbuat dalam hidup ini sangat terbataslah adanya, sangat tergesa-gesa jalannya. Kehidupan manusia ini hanya sekejap adanya. Oleh karena itu mengapa terlena?. Sementara masih hidup, pergunakan kehidupan ini, abadikan demi untuk menegakkan kebenaran (dharma).

Jangka kehidupan manusia itu sangatlah pendek. Dan kehidupan yang sudah pendek ini dibagi lagi oleh malam yaitu saatnya manusia tidur karena desakan mata yang mengantuk. Hanya separo yang tinggal. Dan sisanya yang separo ini diambil lagi oleh waktu sakit, waktu sedih, waktu tua dan halangan-halangan lain sehingga benar-benar sangatlah singkatnya masa hidup manusia itu yang tinggal.

Sayangnya tidak ada yang menyadari bahwa sesungguhnya kehidupan mahluk manusia itu tenggelam di samudra waktu yang maha dalam kesaktian , ketuaan, dan kenestapaan sebagai buayanya.

Tiada obat, tiada mantra, tiada upacara, tidak juga pujaan yang dapat menolong manusia dari cengkraman maut, menolak datangnya kematian, walaupun bolak balik mengucapkan mantra dengan bersuara ataupun berulang-ulang memanjatkan doa secara tidak bersuara yang disebut dengan istilah JAPA.

Kalau seseorang melihat orang yang tidak pernah mengalami kesukaran, sentosa, dan teguh imannya, tidak diganggu oleh kebingungan dan jika melihat orang menderita umur tua, atau melihat orang yang kesakitan atau melihat orang mati tetapi ia tidak peduli pada semuanya itu seolah-olah ia tidak akan mengalami hal yang demikian, maka orang yang bertingkah laku demikian, tidaklah beda dengan suatu benda yang tidak mempunyai perasaan. Walaupun telah dikuasainya seluruh samudra, seluruh alam dunia oleh seseorang yang disebabkan oleh kehebatan kesaktiannya, namun ia tidak akan luput dari kesakitan masa tua dan kematian.

Bahwa yang bernama sang maut itu, berwujud sebagai “waktu” dengan ciri-ciri perwujudannya ialah kecepatan, kegaiban, perubahan-perubahan adanya siang dan malam dan sebagainya yang merupakan 6 (enam) ciri dari perwujudannya. Adapun selaku wajah dari maut itu ialah kesakitan dan ketuaan. Demikianlah yang bisa nampak oleh mata bahwa maut itu menyusup meliputi dan memenuhi seluruh alam dan segala yang hidup menjadi mangsanya.

Mumpung umur masih muda maka giatlah melaksanakan kebajikan (dharma) karena prilaku seorang yang sudah tua itu sungguh-sungguh menyedihkan. Lihatlah umpamanya betapa sengsaranya seorang tua yang begini keadaannya, yaitu orang tua itu tidak dapat melepaskan dirinya dari tarikan wisaya (indra). Sangat keras rasa keinginannya tetapi ia tidak mampu menikmati yang diinginkannya itu karena panca indranya sudah surut lemah. Halnya itu tidak bedanya seekor srigala tua yang tidak bergigi lagi, tetapi ingin makan tulang. Terpaksa hanya dijilatnya saja tulang itu untuk memenuhi keinginannya merasakan keenakannya walau hanya sedikit saja. Demikianlah perasaan orang tua yang bernafsu dengan srigala tua yang tanpa gigi. Kasian!
Dan semuanya itu disebabkan oleh karena ketidakmampuannya ia memutuskan ikatan nafsunya.

Bisa juga kita terlena akan ajal yang mendatang walau sesungguhnya mahluk hidup ini tidak ada bedanya dengan orang hukuman yang digiring ke tempat dijalankannya hukuman itu, setiap langkahnya mendekati tempat itu adalah pengurangan setapak lagi dari jangka hidupnya. Demikian pulalah mahluk hidup ini. Setiap malam yang terlewatkan olehnya berarti pengurangan dari masa hidupnya yang membawanya semakin dekat dengan kematiannya.
Lanjut Baca >>

Selasa, 03 Agustus 2010

Orang yang Berilmu dan Berbudi


“ Maka terjunlah ke dalam pergaulan”. Karena sesungguhnya sangat cepat menularnya kepandaian itu kepada orang yang sungguh-sungguh bergaul dengan orang pandai. Sebagai juga halnya dalam proses membuat minyak wangi maka bau bunga, akan meresap kepada kain, air, minyak dan tanah karena persentuhannya dengan kembang itu.
Karena itu menjadi lebih rendahlah budi kita kalau selalu bergaul dengan orang yang berbudi hina; jika bersahabat dengan orang yang berbudi sedang-sedang, akan berbudi demikianlah kita jadinya. Dan jika orang yang berbudi utama dipakai sahabat, utama pulalah jadinya budi kita.

Meski hanya sedikit saja kepandaian tetapi kalau terus bersahabat dengan orang-orang pandai, kepandaian itu akan bertambah, meluas. Sebagai halnya setetes minyak yang jatuh ke dalam air jernih, meluaslah minyak yang setetes itu di dalam air itu. Walaupun banyak keahlian tetapi jika bersahabat dengan orang yang tidak mempunyai dasar sama sekali, maka akan mengecildan terpendamlah keahlian itu, tidak keliahatan manfaatnya. Tak beda dengan bayangan gajah pada cermin kecil menjadi kecil pulalah nampaknya gajah itu.

Karena itu janganlah kita sampai tidak mempunyai ilmu pengetahuan. Siapkan diri dan kejarlah ilmu. Janganlah sampai terlibat pada perbuatan-perbuatan dosa. Karena orang yang rendah budi yang disebabkan oleh karena tanpa ilmu, ia adalah merupakan musuh dirinya sendiri.

Yang patut diusahakan ialah kalau bergaul, bergaulah dengan sang Sadhu (orang yang berbudi tinggi). Kalau menjalin hubungan kekeluargaan, jalinnlah dengan sang Sadhu. Walaupun berdebat apalagi bersahabat, hendaklah diusahakan dengan orang Sadhu, karena akibatnya tidak mungkin akan timbul kerendahan budi. Adapun tingkah laku sang Sadhu adalah tidak sombong saat dipuji, tidak kecil hati kalau dicela, tidak dipengaruhi oleh rasa marah, tidak mungkin akan berkata-kata kasar, tetap teguh iman dan suci hatinya.

Disamping itu pula sang Sadhu juga disebut orang yang selalu merendahkan diri karena banyaknya kepandaian dan pengetahuannya. Seperti halnya padi, yang merunduk karena berat buahnya.
Kalau tidak mampu mengikuti tingkah laku orang yang berjiwa besar dan hal mana adalah wajar karena memang amat banyak dan berat syarat-syaratnya sebagianpun bolehlah diikuti, disesuaikan pada kemampuan diri sendiri (asal tetap pada garis kebenaran) karena (walaupun sedikit usaha kita namun) mampu juga menolong kita dari penderitaan, menyelamatkan kita dari neraka.

Kesimpulannya, usahakan benar-benarlah memegang teguh budi laku seorang Sadhu. Adapun harta benda dan lain sebagainya itu tidaklah tepat dipegang teguh-teguh karena memang sifat harta yang tidak tetap, dating dan pergi, tidak dapat dikawal walau sangat hati-hati sekalipun. Lagipula tidak semua orang yang hidup berkekurangan dapat disebut miskin. Walau miskin harta tetapi kalau kaya budi susila luhur, kaya rayalah disebutkan orang itu. Sedangkan sebaliknya walau kaya akan harta benda tetapi dursila (rendah budi) miskinlah ia disebut orang. Keadaan yang demikian sama dengan kematian adanya.
Lanjut Baca >>